UPAYA UNIT KEGIATAN MADRASAH (UKM) SENI
RELIGIUS DALAM MEWUJUDKAN SUASANA RELIGIUS DI MADRASAH ALIYAH FATWA ALIM TULUNG
SARADAN MADIUN
Untuk Menyusun Skripsi Pada Program Strata (S-1)
Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang
diajukan Oleh:
Didik Setiya Purnomo
09110050
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Oktober, 2012
Lembaga
pendidikan formal yang dipercaya masyarakat sebagai wadahuntuk membentuk
manusia yang berwawasan luas dan berpendidikan adalahsekolah. Menurut Wahyu
Sumidjo bahwa ”sekolah adalah lembaga yangbersifat kompleks dan unik. Bersifat
kompleks karena sekolah sebagaimanaorganisasi di dalamnya terdapat berbagai
dimensi yang satu dengan yang lainsaling berkaitan dan saling menetukan.
Sedangkan sifat unik, menunjukkanbahwa sekolah sebagai oraganisasi memiliki
ciri-ciri tertentu yang tidakdimiliki oleh organsiasai lain. Ciri-ciri yang
menempatkan sekolah memilikikarakter tersendiri di mana terjadi proses belajar
mengajar tempatterselenggaranya kehidupan umat manusia.[1]Di Indonesia selain Sekolah ada juga yang namanya Madrasah yang pada
dasarnya dua istilah ini mempunyai makna yang sama sebagai lembaga pendidikan.
Sekolah atau Madrasah memiliki tanggung
jawab yang besar untukmembentuk peradaban suatu bangsa. Oleh karena itu,
sekolah merupakan kemajuan pendidikan dan berdampak terhadap kemajuan
peradaban manusia.
Kata madrasah berasal dari bahasa
Arab yang merupakan isim makan dari darasa-yadrisu.
Secara harfiah, kata ini berarti atau setara maknanya dengan kata
Indonesia, “sekolah”. Madrasah mengandung arti tempat, wahana anak mengenyam
proses pembelajaran. Maksudnya, di madrasah itulah anak menjalani proses
belajar secara terarah, terpimpin, dan terkendali. Dengan demikian, secara
teknis madarasah menggambarkan proses pembelajaran secara formal yang tidak
berbeda dengan sekolah. Hanya dalam lingkup kultural, madrasah memiliki
konotasi spesifik.Di lembaga ini anak memperoleh hal-ihwal atau seluk beluk
agama dan keagamaan.Sehingga dalam pemakaiannya kata madrasah lebih dikenal
sebagai sekolah agama.[2]
Kata madrasah, yang
secara harfiah identik dengan sekolah agama, setelah mengaarungi perjalanan
peradaban bangsa diakui telah mengalami perubahan-perubahan walaupun tidak
melepaskan diri dari makana asal sesuai dengan ikatan budaya Islam.[3]
Dalam lembaga pendidikan formal, terdapat juga kegiatan
ekstrakurikuler memuatkegiatan-kegiatanyang pada umumnya banyak memberikan
materi di berbagai bidang seperti di bidang seni,olahraga,sosial,keagamaan,dan
lain-lain. Meskipun bersifat muatan local. Akan tetapi, kegiatan
ekstrakurikulerberfungsi untuk meningkatkan minat dan bakat yang dimiliki
siswa. Pada dasarnya kegiatan ekstrakurikuler dalam dunia sekolah atau
madrasah ditujukan untuk menggali dan memotivasi siswa dalam bidang tertentu. Oleh karena itu, aktivitas kegiatan ekstrakurikuler harus disesuaikan dengan hobi dan kondisi
siswa. Sedangkan tujuan ektrakurikuler adalah untuk membantu dan
meningkatkan wawasan anak.
Ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan dalam rencana
pembinaan atau pelajaran tambahan pendidikan tambahan diluar kurikulum.[4]SedangkanMenurut Rahmat Mulyana ekstrakurikuler adalah
sebuah peristiwa pendidikan diluar jam tatap muka di kelas. Oleh karena itu,
ekstrakurikuler merupakan pengembangan kepribadian yang matang dan kaffah.
Sebagian pendidik barat memandang bahwa kegiatan ekstrakurikuler merupakan sarana
langsung dalam proses belajar mengajar, sehingga mereka memasukkan ke
dalam materi kurikulum yang akan diajarkan. Biasanya kegiatan
ekstrakurikuler disusun bersamaan dengan penyusunan kisi-kisi kurikulum dan materi pembelajaran, itu artinya kegiatan tersebut bagian dari pelajaran disekolah
atau madrasah, dan kelulusan siswa pun dipengaruhi oleh aktivitasnya dalam kegiatan
ekstrakurikuler tersebut.[5]
Kendatipun kegiatan ekstrakurikuler bukan menjadi program instruksional dan tidak diberi nilai tertentu, tetapi mengandung varitas kegiatan secara luas. Berbagai
macam jenis ekstrakurikuler yang ada di madrasah,diantaranya:ekstrakurikuler dibidang keagamaan,sosial, life
skill,ekonomidan lain sebagainya. Masing-masing ekstrakurikuler mempunyai peran
sesuai bidang masing-masing. Dibidang keagamaan misalnya dengan kegiatan yang mengarah pada hal-hal
keagamaan siswa
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan serta pengamalannya terhadap agama Islam.
Ekstrakurikuler
Madrasah Aliyah Fatwa Alim Tulung Saradan Madiun ini berbentuk Unit Kegiatan
Madrasah (UKM). UKM di Madrasah ini ada beberapa jenisnya seperti :UKM
koperasi siswa, UKM Pramuka,dan UKM Seni
Religius. UKM
Seni Religius adalah ekstrakurikuler yang bergerak di bidang keagamaan. Peran
dari Kepala sekolah dan guru yang sangat penting dalam pelaksanaan kegiatan
keagamaan yang dilaksanakan oleh UKM Seni Religius yang nantinya dapat
mewujudkan suasana religius. Berdasarkan pada hal-hal di atas,
penulis menyusun skripsi yang berjudul “UPAYA UNIT KEGIATAN MADRASAH (UKM) SENI RELIGIUS DALAM
MEWUJUDKAN SUASANA RELIGIUS DI MADRASAH ALIYAH FATWA ALIM TULUNG SARADAN MADIUN“.
1.
Apa saja
kegiatan Unit Kegiatan Madrasah
(UKM) Seni Religius Madrasah Aliyah Fatwa Alim Tulung ?
2.
Bagaimana upaya yang dilakukan Unit Kegiatan Madrasah (UKM) Seni Religius dalam
mewujudkan suasana religius di Madrasah Aliyah Fatwa Alim Tulung?
3.
Apa saja hasil
yang terlihat dari upaya Unit
Kegiatan Madrasah (UKM) Seni Religius dalam mewujudkan suasana religius di
Madrasah Aliyah Fatwa Alim Tulung?
Berdasarkan pada permasalahan diatas
maka penelitian ini bertujuan untuk:
a.
Untuk mengetahui kegiatan Unit Kegiatan Madrasah (UKM) Seni ReligiusMadrasah Aliyah
Fatwa Alim Tulung
b.
Untuk mengetahui upaya
yang dilakukan Unit Kegiatan
Madrasah (UKM) Seni Religius dalam mewujudkan suasana religius di Madrasah
Aliyah Fatwa Alim Tulung
c.
Untuk mengetahui hasil yang terlihat
dari upaya Unit Kegiatan
Madrasah (UKM) Seni Religius dalam mewujudkan suasana religius di Madrasah
Aliyah Fatwa Alim Tulung
Dari hasil
penelitian ini diharapkan memberikan gambaran tentang hasil yang diperoleh :
a.
Bagi Peneliti
Sebagai suatu upaya
eksperimen yang dapat dijadikan salah satu acuan untuk melakukan penelitian
selanjutnya. Juga untuk menambah wawasan Ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan
upaya ekstrakurikuler dalam mewujudkan suasana religius di sekolah.
b.
Bagi Lembaga
Sebagai bahan evaluasi dan
pertimbangan UKM Seni Religius dalam mengembangkan kegiatan-kegiatannya untuk
mewujudkan suasana religius di Madrasah Aliyah Fatwa Alim Tulung Saradan Madiun
c.
Bagi Masyarakat
Hasil
penelitian ini diharapkan bisa dijadikan pedoman masyarakata (pembaca) akan
pentingnya ekstrakurikuler dalam membantu sekolah mewujudkan suasana religius
sehingga siswa mempunyai karakter religius yang kuat.
Pada penelitian terdahulu yang pernah dilakukan sebelumnya oleh Helen Herawati[6]pada
tahun 2010,
penelitian yang di lakukan Helen
bertujuan untuk mengetahui peran
Guru dalam menciptakan suasana religius di SMA Tunas Luhur Probolinggo.
Penelitian ini lebih memfokuskan penelitian pada peran guru dalam menciptakan suasana religius.
Penelitian terdahulu juga pernah
dilakukan oleh Moh. Gufronul uzka abas[7] pada tahun 2010, Moh. Gufronul
melakukan penelitian dengan obyek penelitian Upaya Kepala Madrasah dalam Menciptakan suasana Religius
di MTsN Pulosari Ponorogo. Penelitian ini menitik beratkan pada upaya kepala madrasah dalam mewujudkan
suasana religius.
Dari kajian penelitian terdahulu oleh Helen Herawati dan Moh. Gufronul Uzka Abas terdapat persamaan dengan penelitian ini, yaitu :Penelitian dilakukan pada hal yang sama yakni menciptakan suasana religius. Dalam penelitian ini juga terdapat
perbedaan dengan penelitian terdahulu yaitu subyeknya. Kalau di penelitian
terdahulu adalah peran guru dan upaya kepala madrasah maka untuk penelitian ini
lebih pada peran organisasi ekstrakurikuler yaitu UKM Seni Religius dalam
mewujudkan suasana religius di Madrasah Aliyah Fatwa Alim Tulung.
Sejalan
dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang berfungsi
untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Dari
ketentuan di atas, maka lembaga pendidikan harus terdapat program sebaik
mungkin, seperti program pengembangan diri dari setiap satuan pendidikan
sebagai upaya meningkatkan kemampuan setiap peserta didik. Kegiatan
ektrakurikuler yang terdapat di MA merupakan salah satu program pengembangan
diri yang berguna untuk mengembangkan potensiyang ada di setiap peserta didik.
Dalam
kamus besar bahasa indonesia pengertian Ekstra adalah tambahan diluar
yang resmi,[8]
sedangkan kurikuler adalah bersangkutan dengan kurikulum. Jadi
pengertian Ekstrakurikuler adalah kegiatan luar sekolah pemisah atau
sebagai ruang lingkup pelajaran yang diberikan di perguruan tinggi atau sekolah
menengah tidak merupakan bagian integral dari mata pelajaran yang sudah
ditetapkan dalam kurikulum.[9]
Ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan dalam rencana
pembinaan atau pelajaran tambahan/ pendidikan tambahan diluar kurikulum.
Kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti dan dilaksanakan oleh siswa baik di
madrasah maupun di luar madrasah, bertujuan agar siswa dapat memperkaya dan
memperluas diri. Memperluas diri ini dapat dilakukan dengan memperluas wawasan
pengetahuan dan mendorong pembinaan sikap atau nilai-nilai.
Secara
yuridis, pengembangan kegiatan ektrakurikuler memiliki landasan hukum yang
kuat, karena diatur dalam surat keputusan menteri (Kepmen) yang harus
dilaksanakan oleh sekolah dan madrasah. Salah satu keputusan Menteri Pendidikan
Nasional RI No. 125/U/2002 Tentang Kalender Pendidikan dan Jumlah Belajar
Efektif di Sekolah. Pada bagian keputusan ini dijelaskan hal-hal sebagai
berikut:
Bab
V Pasal 9 Ayat 2:
Pada tengah
semester 1 dan 2 sekolah melakukan kegiatan olah raga dan seni (Porseni),
Karyawisata, lomba kreativitas atau praktek pembelajaran yang bertujuan untuk
mengembangkan bakat, kepribadian, prestasi dan kreativitas siswa dalam rangka
mengembangkan pendidikan anak seutuhnya.
Bagian
lampiran keputusan menteri Mendiknas No. 125/U/2002 tanggal 31 Juli 2002:
Liburan sekolah
atau madrasah selama bulan ramadhan diisi dan dimanfaatkan untuk melaksanakan
berbagai kegiatan yang diarahkan pada peningkatan akhlak mulia, pemahaman atau
amaliah agama termasuk kegiatan ekstrakurikuler lainnya yang bernuansa moral.
Kegiatan ekstrakurikuler tentu berbeda-beda
jenisnya, karena banyak hal yang memang berkaitan dengan kegiatan siswa selain
dari kegiatan inti. Dengan beberapa kegiatan ekstrakurikuler yang ada, siswa
dapat memilih kegiatan yang sesuai dengan kemampuan dan minat masing-masing.
Beberapa jenis kegiatan ekstrakurikuler yang diprogramkan di madrasah
diantaranya adalah Pendidikan kepramukaan,Pasukan Pengibar Bendera
(PASKIBRA),Palang Merah Remaja (PMR),Pasukan Keaman Sekolah (PKS),Gema Pencinta
Alam,Filateli,Koperasi Sekolah,Usaha Kesehatan Sekolah (UKS),Kelompok Ilmiah
Remaja (KIR) ,Olahraga,Kesenian dan Kegiatan keagamaan.
Berbagai
macam jenis ekstrakurikuler yang ada di Madrasah,ada yang bergerak dibidang
keagamaan,sosial,ekonomi dan juga life skill. Di Madrasah Aliyah Fatwa Alim
Tulung ini ekstrakurikulernya berbentuk UKM, ada beberapa ekstrakurikuler di
Madrasah ini diantaranya UKM koperasi siswa,
UKM Pramuka,dan UKM Seni Religius.
UKM Seni Religius adalah ekstrakurikuler yang bergerak di bidang keagamaan yangdidirikan atas inisiatif dalam rangka melaksanakan
kegiatan-kegiatan keagamaan dan juga seni Islami. UKM Seni Religius merupakan
ekstrakurikuler yang berupa organisasi
di bawah naungan Madrasah Aliyah Fatwa Alim Tulung yang tergabung dalam Unit
Kegiatan Madrasah (UKM).
Suasana
religius adalah
suatu keadaan dimana tercermin
nilai-nilai kehidupan keagamaan. Suasana atau iklim kehidupan keagamaan yang
berdampak pada berkembangnya suatu pandangan hidup yang bernafaskan atau
dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai agama, yang diwujudkan dengan sikap hidup
serta keterampilan hidup.[10]
Dalam
kamus besar bahasa Indonesia (1996) dinyatakan bahwa religius berarti: bersifat
religi atau keagamaan, atau yang bersangkut paut dengan religi (keagamaan).
Penciptaan suasana religius berarti menciptakan suasana atau iklim kehidupan
keagamaan.[11]
Dalam
konteks pendidikan di madrasah berarti penciptaan suasana atau iklim kehidupan
keagamaan yang dampaknya adalah berkembangnya suatu pandangan hidup yang
bernafaskan atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai agama, yang diwujudkan
dalam sikap hidup serta keterampilan hidup oleh warga madrasah dalam kehidupan
mereka sehari-hari.
Dalam konteks pendidikan agama ada yang bersifat vertikal dan
horizontal.Yang vertikal berwujud hubungan manusia atau warga sekolah dengan
Allah (hablmin Allah). Penciptaan Suasana religius yang bersifat
vertikal dapat diwujudkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan ritual, seperti sholat
berjamaah, do’a bersama ketika akan dan telah sukses tertentu, menegakkan
komitmen dan loyalita sterhadap moral force di sekolah dan lain-lain.
Yang horizontal berwujud hubungan antar manusia atau warga sekolah (hab min
an-nas), dan hubungan mereka dengan lingkungan alam sekitarnya.[12]
Penciptaan suasana religius yang menyangkut ketiga hubungan
tersebut diatas dengan lingkungan atau alam sekitanya dapat diwujudkan dalam
bentuk membangun suasana atau iklim yang komitmen dalam menjaga dan memelihara berbagai
fasilitas atau sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah, serta menjaga
dan memelihara kelestarian, kebersihan dan keindahan lingkungan hidup di sekolah.Suasana
religius yang diharapkan dalam berbagai jenjang pendidikan adalah bagaimana
anak-anak dapat tumbuh sebagai abdi-abdi Allah yang beragama baik,sekaligus
mempunyai cita rasa religius yang mendalam serta menyinarkan damai karena
fitrah religiusnya.
Religiusitas
dapat diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia yang tidak hanya
melakukan ritual (beribadah) tapi juga ketika melakukan aktifitas lain yang
didorong oleh kekuatan supranatural.
Menurut Clock dan Stark dalam Muhaimin,macam-macam dimensi religiusitas
atau keberagamaan seseorang ada lima,yaitu:
1.
Dimensi
keyakinan yang berisi pengharapan -pengharapan dimana orang religius berpegang
teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui kebenaran doktrin tersebut.
2.
Dimensi
praktek agama yang mencakup perilaku pemujaan, ketaatan dan hal-hal yang
dilakukan orang untuk menunjukkan komitmen terhadap agama yang dianutnya.
3.
Dimensi
pengalaman yang berisikan dan memperhatikan fakta bahwa semua agama mengandung
pengharapan-pengharapan tertentu. Dimensi ini berkaitan dengan pengalaman
keagamaan, perasaan-perasaan, persepsi-persepsi dan sensasi-sensasi yang
dialami seseorang.
4.
Dimensi
pengetahuan agama yang mengacu kepada harapan bahwa orang - orang yang beragam
paling tidak memiliki sejumlah pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan,
ritus-ritus, kitab suci dan tradisi.
5.
Dimensi
pengalaman yang mengacu pada identifikasi akibat –akibat keyakinan keagamaan,
praktek, pengalaman, dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari.[13]
Berbicara tentang suasana religius merupakan bagian dari kehidupan
religius yang tampak dan untuk mendekati pemahaman kita tentang hal
tersebut,terlebih dahulu perlu dijelaskan tentang konsep religiusitas.
Keberagaman atau religiusitas dapat diwujudkan dalam berbagai sisi
kehidupan manusia. Aktivita beragama tidak hanya terjadi ketika seseorang
melakukan perilaku ritual (beribadah),tetapi juga ketika melakukan aktivitas
lain yang didorong oleh kekuatan supra-natural. Bukan hanya yang berkaitan
dengan aktivitas yang tampak dan dapat dilihat dengan mata, tetapi juga
aktivitas yang tidak tampak dan terjadi dalam hati seseorang.
Temuan Penelitian Muhaimin dkk. (1998) tentang penciptaan
suasana religius pada sekolah-sekolah menengah umum di kodya Malang
diantaranya:[14]
1.
Pelaksanaan
Kegiatan keagamaan di SMU Tugu Malang bersifat
“Top-dawn”, kemudian pada masa kepemimpinan selanjutnya bersifat “Bottom up”.
2.
Para pimpinan dan guru agama menciptakan kegiatan keagamaan di SMU Tugu Malang berawal dari
suatu peristiwa dan cerita yang unik dan adanya kebutuhan ketenangan batin,
persaudaraan, persatuan serta silaturrahmi di antara mereka.
3.
Keterlibatan civitas akademika SMU Tugu Malang secara langsung dan aktif dalam setiap kegiatan keagamaan mampu mengkontrol secara moral terhadap diri mereka masing-masing serta berusaha
menjadikan diri mereka untuk menjadi contoh yang baik.
4.
Kegiatan dan praktek keagamaan yang
dilaksanakan secara terprogram dan rutin di sekolah dapat ciptakan pembiasaan berbuat baik dan benar
menurut ajaran agama yang diyakininya
dikalangan mereka.
5.
Kajian keagamaan
dilaksanakan secara baik melalui kerjasama dan keterlibatan secara langsung antara guru agama dengan guru bidang studi umum melalui menjadi
tutor dan pembina pada kegiatan
keagamaan.
Kajian keagamaan yang dilaksanakan pada jam di luar jam pelajaran sekolah.
6.
Penciptaan suasana religius di SMU Tugu Malang dilakukan
melalui berbagai jenis kegiatan
keagamaan yang dilaksanakan secara terprogram baik yang bernafaskan Islam maupun non-Islam.
7.
Pimpinan sekolah menciptakan suasana religius di sekolah dan di luar
sekolah dengan menggunakan pendekatan personal baik kepada siswa maupun kepada keluarga siswa. “Media dan Metode” yang digunakan antara lain melalui mengirimkan
kartu ulang tahun kepada siswa-siswi yang di dalamnya diberi tulisan nasehat dan
do’a-do’a dan observasi ke lapangan.
Perspektif
islam tentang penciptaan suasana religius dapat kita lihat didalam Al-Qur,an
surat Al-Anfal ayat 2-4:
$yJ¯RÎ) cqãZÏB÷sßJø9$# tûïÏ%©!$# #sÎ) tÏ.è ª!$# ôMn=Å_ur öNåkæ5qè=è% #sÎ)ur ôMuÎ=è? öNÍkön=tã ¼çmçG»t#uä öNåkøEy#y $YZ»yJÎ) 4n?tãur óOÎgÎn/u tbqè=©.uqtGt ÇËÈ úïÏ%©!$# cqßJÉ)ã no4qn=¢Á9$# $£JÏBur öNßg»uZø%yu tbqà)ÏÿZã ÇÌÈ y7Í´¯»s9'ré& ãNèd tbqãZÏB÷sßJø9$# $y)ym 4 öNçl°; ìM»y_uy yYÏã óOÎgÎn/u ×otÏÿøótBur ×-øÍur ÒOÌ2 ÇÍÈ
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah
gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman
mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu)
orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki
yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang orang yang beriman dengan
sebenar-benarnya.mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi
Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia.(QS.Al-Anfal
ayat 2-4).[15]
Dari ayat diatas jelaslah bahwa seluruh amal perbuatan manusia itu
hanyalah untuk Allah swt semata-mata, bahkan sampai matipun demi Allah swt.Oleh
karena itu hendaknya manusia harus berupaya mencapai derajat ketaqwaan setinggi
mungkin, yaitu dengan jalan mematuhi perintah-Nya serta menjauhi semua
larangan-Nya. Hal ini penting bagi kesehatan mental agar tahu tujuan hidup di
dunia ini, bahwa selain di dunia akan ada kehidupan berikutnya yaitu akhirat.
Untuk itu manusia selama hidupnya selalu beramal saleh, agar kelak di akhirat
hidup di surga.
Dari ayat yang tertera di atas dapat disimpulkan bahwa
suasana religius prepektif Islam dapat dijelaskan dalam beberapa diantaranya:
keyakinan,praktek agama,pengalaman pada fakta,pengetahuan dan pengalaman pada
keyakinan.
Pada
dasarnya, manusia dilahirkan dalam keadaan suci “fitrah”. Kesucian tersebut
menjadikan diri manusia memiliki sifat dasar kesucian, yang kemudian harus
dinyatakan dalam sikap yang suci pula kepada sesamanya. Sifat dasar kesucian
itu biasanya dikenal dengan istilah “hanifiyah”. Karena manusia memiliki sifat
dasar hanifiyah maka ia memiliki dorongan naluri ke arah kebaikan dan kebenaran
atau kesucian. Berdasarkan Al-Quran dan Al-Hadist, dalam diri manusia terdapat
berbagai macam fitrah yang antara lain:[16]
a.
fitrah agama
b.
fitrah suci
c.
fitrah berakhlaq
d.
fitrah kebenaran
e.
fitrah kasih
sayang.
Sesuai
dengan judul,maka penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif.
Deskriptif kualitatif adalah penelitian yang data-datanya berupa kata-kata,
gambar dan bukan angka-angka yang berasal dari wawancara, catatan laporan,
dokumen, dan lain-lain, atau penelitian yang didalamnya mengutamakan untuk
mendeskripsikan secara analisis suatu peristiwa atau proses sebagaimana adanya
dalam lingkungan yang alami untuk memperoleh makna yang mendalam dari proses
tersebut.
Penelitian
Kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang perilaku yang dapat
diamati.[17]Peneliti menggunakan metode kualitatif karena
metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan-kenyataan
ganda, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti
dan informan dan metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan
banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.[18]
Jenis
penelitian yang digunakan adalah field research, yaitu penelitian
langsung dilakukan dilapangan atau responden.[19]Jadi, penelitian ini langsung dilakukan dan dilaksanakan sendiri
oleh peneliti, sehingga peneliti bisa mengetahui secara langsung kondisi yang
ada dilapangan.Dengan partisipasi dari informan akan dapat memberikan tambahan informasi
bagi peneliti. Dalam hal ini peneliti langsung mengadakan pengamatan tentang
suatu fenomena dalam suatu keadaan alamiah.[20]
Penelitian kualitatif memiliki karakteristik antara lain:
latar alamiah, manusia sebagai alat atau instrument, menggunakan metode
kualitatif, analisis data secara induktif, teori dari dasar, deskriptif,lebih
mementingkan proses dari pada hasil, adanya batas yang ditentukan oleh fokus,
adanya kriteria khusus untuk keabsahan data, desain penelitian bersifat
sementara, dan hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama.[21]
Kehadiran peneliti dalam penelitian kualitatif mutlak diperlukan,
karena peneliti sendiri merupakan alat (instrumen) pengumpul data yang utama
sehingga kehadiran peneliti mutlak diperlukan dalam menguraikan data nantinya.Peneliti
dalam penelitian kualitatif menonjolkan kapasitas jiwa raga dalam mengamati,
bertanya, melacak dan mengabstraksikan hal ini.[22]S. Nasution dalam bukunya juga menjelaskan bahwa pada penelitian
kualitatif peneliti merupakan alat penelitian utama.[23]
Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit,
peneliti sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analis,
penafsir data, dan pada akhirnya peneliti menjadi pelapor hasil penelitiannya.Kedudukan
peneliti sebagai instrumen atau alat penelitian ini sangat tepat, karena ia
berperan segalanya dalam proses penelitian.[24]Secara umum kehadiran peneliti dilapangan dilakukan dalam 3 tahap
yaitu, penelitian pendahuluan yang bertujuan mengenal lapangan penelitian, pengumpulan
data, dalam bagian ini peneliti secara khusus menyimpulkan data, dan terakhir evaluasi
data yang bertujuan menilai data yang diperoleh di lapangan penelitian dengan
kenyataan yang ada.
Maka dari itu, peneliti sendiri yang terjun langsung ke lapangan
dan terlibat langsung untuk mengadakan observasi dan wawancara mengenai Upaya UKM Seni Religius dalam Mewujudkan Suasana Religius di Madrasah Aliyah Fatwa Alim Tulung Saradan
Madiun.
Penelitian ini dilakukan di sebuah organisasi ekstrakurikuler Madrasah, tepatnya di UKM Seni Religius Madrasah Aliyah Fatwa Alim Tulung yang
berlokasi di jalan Jeruk No 12 Desa Tulung Kecamatan Saradan Kabupaten Madiun.
Sumber data adalah subyek dari mana data itu diperoleh.[25]Sedangkan menurut Lofland (1984) bahwa sumber data utama dalam
penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan
seperti dokumen dan lain-lain. Adapun sumber data dalam hal ini adalah:
a.
Sumber
Data Primer
Sumber data primer merupakan data yang dikumpulkan, diolah dan
disajikan oleh peneliti dari sumber utama. Dalam penelitian ini yang menjadi
sumber data utama yaitu Kepala Madrasah,Pembina Seni Religius,Ketua Seni
Religius,dan siswa-siswi.
b.
Sumber
Data Sekunder
Sumber data sekunder merupakan sumber data pelengkap yang berfungsi
melengkapi data yang di perlukan oleh data primer.Adapun sumber data sekunder
yang diperlukan antara lain: guru,siswa-siswi,buku-buku, foto dan dokumen-dokumen
resmi tentang UKM Seni Religius,dandata-data Madrasah Aliyah Fatwa Alim
Tulung.
a.
Metode
Observasi
Observasi adalah pengumpulan data dengan
melakukan pengamatan langsung terhadap obyek yang diteliti.[26]Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang letak dan
keadaan geografis, sarana dan prasarana pendidikan yang ada di UKM Seni Religius, keadaan guru dan murid serta pelaksaan pembelajaran di Madrasah
Aliyah Fatwa Alim,
meliputi sejarah berdirinya, keunggulan materi yang diajarkan sehingga
menyebabkan kemajuan baik yang dimanfaatkan guru maupun siswa-siswi Madrasah
Aliyah Fatwa Alim Tulung.
b.
Metode
Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.[27]sedangkan menurut Arikunto wawancara adalah dialog yang dilakukan
oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Wawancara secara
terbuka dengan maksud mandapatkan data yang valid dan dilakukan berkali-kali
sesuai dengan keperluan.Wawancara harus dilakukan dengan efektif, yakni dalam
waktu yang sesingkat-singkatnya dapat diperoleh data yang sebanyak-banyaknya,
disamping itu harus jelas, suasana harus tetap santai agar data yang diperoleh
adalah data yang obyektif dan dapat dipercaya.
Metode wawancara ini juga dipergunakan kalau seseorang untuk
mendapatkan tujuan suatu tugas tertentu, mencoba mendapatkan keterangan atau
pendirian secara lisan dari seseorang responden dengan bercakap-cakap,
berhadapan muka dengan orang itu.Metode ini digunakan untuk memperoleh data
tentang Upaya UKM Seni Religius dalam mewujudkan suasana religius di Madrasah.Adapun sumber informasi adalah kepala Madrasah,Guru,Pembina Seni Religius,Ketua
Seni Religius beserta Pengurusnya dan siswa-siswi
Madrasah Aliyah Fatwa Alim Tulung.
c.
Metode
Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variable yang
berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen, agenda rapat
dan data lain dalam lembaga pendidikan.[28]Dalam hal ini peneliti akan mengambil kumpulan data-data yang ada
di UKM Seni
ReligiusMadrasah Aliyah
Fatwa Alim Tulung Saradan Madiun.
Analisis data kualitatif
adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, memilah-milah
menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensikannya, mencari dan menemukan
apa yang penting dan apa yang dipelajari dan menemukan apa yang dapat
diceritakan pada orang lain.[29]
Adapun pada penelitian ini,
metode analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah kualitatif deskriptif.
Yang dimaksud dengan analisis deskriptif yaitu analisis data yang dilakukan
dengan cara non statistik, yaitu penelitian yang dilakukan dengan menggambarkan
data yang diperoleh dengan kata-kata atau kalimat yang dipisahkan dalam
kategori-kategori untuk memperolah kesimpulan atau bermaksud mengetahui keadaan
sesuatu mengenai apa dan bagaimana, berapa banyak, sejauh mana dan sebagainya.
Setelah semua data terkumpul maka selanjutnya data
tersebut diolah dan disajikan dengan menggunakan teknis analisis data deskriptif
dengan menggunakan teknik analisis data deskriptif dengan beberapa tahapan yang
telah ditentukan yaitu identifikasi, klasifikasi dan langkah selanjutnya
diinterpretasikan dengan cara menjelaskan secara deskriptif.
Pengecekan keabsahan data sangat perlu dilakukan dalam penelitian agar
data yang dihasilkan dapat dipercaya dan
dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Pengecekan keabsahan data merupakan suatu
langkah untuk mengurangi kesalahan dalam proses perolehan data penelitian yang
tentunya akan berimbas terhadap hasil akhir dari suatu penelitian. Oleh karena
itu, dalam proses pengecekan keabsahan data pada penelitian harus melalui
beberapa teknik pengujian data. Teknik yang dugunakan untuk menentukan
keabsahan data dalam penelitian ini adalah:
a. Perpanjangan Keikutsertaan
Perpanjangan keikutsertaan
berarti peneliti tinggal di lapangan penelitian sampai kejenuhan pengumpulan
data tercapai.Perpanjangan keikutsertaan peneliti akan memungkinkan peningkatan
derajat kepercayaan data yang dikumpulkan.[30]Dalam hal ini, peneliti langsung terjun
ke lokasi penelitian dan mengikuti berbagai kegiatan dalam waktu yang cukup
panjang, adapun maksudnya adalah untuk menguji ketidakbenaran informasi atau
prediksi yang diperkenalkan oleh peneliti atau responden serta sebagai upaya
membangun kepercayaan terhadap subjek.
Keikutsertaan peneliti sangat
menentukan dalam pengumpulan data.Keikutsertaan dalam penelitian tidak hanya
dilakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan pada
latar penelitian.
b. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan berarti
mencari secara konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan
proses analisis yang konstan atau tentatif. Ketekunan pengamatan bermaksud
menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan
persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal
tersebut secara rinci. Dengan kata lain, ketekunan pengamatan menyediakan
kedalaman.[31]Adapun ketekunan
pengamatan dimaksudkan untuk menetukan data dan informasi yang relevan dengan
persoalan yang sedang dicari oleh peneliti.
c. Trianggulasi
Trigulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.Teknik trianggulasi yang
paling banyak digunakan ialah melalui sumber lainnya.[32] Dalam penelitian ini, teknik
trianggulasi yang dilakukan peneliti dengan membandingkan data yang diperoleh
dari lapangan atau yang didapat dari beberapa dokumen-dokumen serta referensi
buku-buku yang membahas hal yang sama.
Tahap-tahap
penelitian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berkenaan dengan proses
pelaksanaan penelitian, menurut Moleong tahap penelitian tersebut meliputi
antara lain tahap pra-lapangan, tahap pekerjaan lapangan,dan tahapanalisis data.[33]
a. Tahap Pra-Lapangan
Pra-penelitian adalah tahap sebelum berada di lapangan, pada tahap
sebelum pra-penelitian ini dilakukan kegiatan-kegiatan antara lain: menyusun
rancangan penelitian, mengurus perizinan, menjajaki dan menilai lapangan,
memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan penelitian, dan
persoalan etika penelitian.[34]
b.
Tahap Pekerjaan
lapangan
Penelitian adalah tahap yang sesungguhnya, selama berada
dilapangan, pada tahap penelitian ini dilakukan kegiatan antara lain menyiapkan
bahan-bahan yang diperlukan, seperti surat izin penelitian, perlengkapan alat
tulis, dan alat perekam lainnya, berkonsultasi dengan pihak yang berwenang dan
yang berkepentingan dengan latar penelitian untuk mendapatkan rekomendasi
penelitian, mengumpulkan data atau informasi yang terkait dengan fokus
penelitian, berkonsultasi dengan dosen pembimbing, menganalisis data, pembuatan
draf awal konsep hasil penelitian.[35]
c.
Tahap Analisa
Data
Pada
bagian ini dibahas prinsip pokok, karena penelitian ini menggunakan
langkah-langkah penelitian naturalistik dikemukakan oleh Spradley maka analisis
data dilaksanakan langsung di lapangan bersama-sama dengan pengumpulan data.[36]
b.
Tahap Penulisan
Laporan
Langkah
terakhir dalam setiap kegiatan penelitian adalah pelaporan penelitian.Dalam
tahap ini peneliti menulis laporan penelitian, dengan menggunakan rancangan
penyusunan laporan penelitian yang telah tertera dalam sistematika penulisan
laporan peneliti.Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa pentahapan dalam penelitian ini adalah berbentuk urutan
atau berjenjang yakni dimulai pada tahap pra-penelitian, tahap penelitian,
tahap pasca-penelitian.Namun walaupun demikian sifat dari kegiatan yang
dilakukan pada masing-masing tahapan tersebut tidaklah bersifat ketat,
melainkan sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.
Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan menyeluruh
mengenai pembahasan skripsi ini, maka secara global dapat dilihat
pada sistematika pembahasan yang terdiri dari lima bab dengan sistematika
sebagai berikut:
Bab I : Merupakan pendahuluan yang mencakup latar
belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
definisi operasional dan sistematika pembahasan.
Bab II : Merupakan
kajian teori yang berisi tentang tinjauan umum UKM Seni Religius dan Madrasah Aliyah Fatwa Alim,suasana
religius di Madrasah dan juga upaya-upaya yang dilakukan oleh UKM Seni
Religius.
Bab III: Merupakan
bab yang menjelaskan tentang metode penelitianyang meliputi pendekatan dan jenis
penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, metode
pengumpulan data, metode analisis data,
pengecekan keabsahan data, tahap-tahap penelitian dan metode pembahasan
penentuan populasi dan sample, teknik pengumpulan data serta analisis data.
Bab IV: Merupakan
bab yang menjelaskan tentang latar belakang obyek, letak geografis, penyajian
data dan analisis data penelitian.
Bab V: Merupakan
bab terkhir dari pembahasan yang berisikan kesimpulan penelitian dan saran
sebagai bahan pertimbangan tentang upaya Unit Kegiatan Madrasah Aliyah (UKM) Seni Religius dalam mewujudkan
suasana Religius di Madrasah Aliyah Fatwa Alim Tulung Saradan Madiun.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur
Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
___________. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan
Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara
AnNahlawi,Abdurrahman. 1995. Pendidikan Islam dirumah, Sekolah, dan
Masyarakat. Jakarta: Gema
Insani
DEPAG. 2004. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: CV Penerbit
J-ART
Fadjar, M.A, Madrasah dan Tantangan Modernitas, Bandung:
Mizan, 1998.
Mahmud,Yunus.1978. Pendidikan dan Pengajaran. Jakarta: Hida
Karya Agung
Muhaimin. 2002. Paradigma
Pendidikan Islam. Bandung: remaja Rosdakarya
_________. 2006. Nuansa baru pendidikan
Islam. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.
Moleong, Lexy. 2000. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya
Nasution, S. 1998. Metode
Research. Bandung: JEMMARS
Penyusun kamus pusat pembinaan dan pengembangan bahasa. 1989
. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka
Pius A
Partanto. Dahalan AlBarry,1994. Kamus Ilmiah Populer,Yogyakarta:
Arkola
Poerwadarmita. 1982. Kamus
Umum Bahasa Indonesia, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Jakarta:
Balai Pustaka
Sumidjo, Wahjo.
2002. Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tujuan Teoritik
dan Permasalahannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Pesada.
Syaodih Sukmadinata, Nana. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan.
Bandung: Remaja
Rosdakarya
Herawati,Helen.2010.Peran Guru dalam Menciptakan Suasana Religius
di
SMATunas Luhur
Probolinggo.skripsi.2010.UIN Maliki Malang.
Uzka abas,Moh
Gufronul. 2010. Upaya Kepala Madrasah dalam
Menciptakan Suasana Religius
di MTsN Pulosari Ponorogo,skripsi,2010,UIN
Maliki Malang.
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Cet.
VII; Jakarta: Balai Pustaka, 1984
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGAJUAN
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN PERSEMBAHAN
HALAMAN MOTTO
HALAMAN NOTA DINAS
HALAMAN PERNYATAAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR ISI
ABSTRAK
BAB I : PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
B.
Rumusan Masalah
C.
Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian
D.
Sistematika
Pembahasan
BAB II :
KAJIAN PUSTAKA
A.
Unit Kegiatan Madraah (UKM) Sebagai Bagian dari
Ekstrakurikuler
1.
Pengertian
Ekstrakurikuler
2.
Bentuk-bentuk
atau jenis-jenis Ekstrakurikuler
3.
Urgensitas
Ekstrakurikuler di Madrasah
B.
Suasana Religius
1.
Pengertian Suasana Religius
2.
Parameter
suasana religius
3.
Strategi
mewujudkan suasana religius
4.
Bentuk-bentuk
suasana religius di madrasah
BAB III : METODE PENELITIAN
A.
Pendekatan Dan
Jenis Penelitian
B.
Kehadiran
Peneliti
C.
Lokasi
Penelitian
D.
Sumber Data
E.
Prosedur
Pengumpulan Data
F.
Analisis Data
G.
Pengecekan
Keabsahan Data
H.
Tahap-Tahap
Penelitian
BAB IV :HASIL PENELITIAN
A.
Deskripsi Obyek Penelitian
1.
Profil Madrasah Aliyah Fatwa Alim Tulung.
2.
Profil Unit Kegiatan Madrasah (UKM) Seni Religius.
B.
Penyajian dan Analisis Data
1.
Apa saja
kegiatan Unit Kegiatan
Madrasah (UKM) Seni ReligiusMadrasah Aliyah Fatwa Alim Tulung
2.
Bagaimana upaya yang dilakukan Unit Kegiatan Madrasah (UKM) Seni Religius dalam
mewujudkan suasana religius di Madrasah Aliyah Fatwa Alim Tulung
3.
Apa saja hasil
yang terlihat dari upaya Unit
Kegiatan Madrasah (UKM) Seni Religius dalam mewujudkan suasana religius di
Madrasah Aliyah Fatwa Alim Tulung
BAB V :PEMBAHASAN
BAB VI: PENUTUP
A.
Kesimpulan
B.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
[1]Wahjo
Sumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tujuan Teoritik dan Permasalahannya (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Pesada, 2002), hlm. 81
[2]A.
Malik Fajar, Madrasah dan Tantangan Moderenitas, (Bandung:
Mizan, 1998), hlm.18-19.
[3]Ibid
[5]Abdurrahma AnNahlawi,Pendidikan Islam dirumah,
Sekolah, dan Masyarakat, (Jakarta:Gema Insani Pres,
1995), hlm 187
[6]
Helen herawati,peran guru dalam menciptakan suasana religius di SMA Tunas Luhur
Probolinggo,(skripsi,2010,UIN Maliki Malang,tidak
dipublikasikan).
[7]
Moh Gufronul uzka abas,upaya kepala madrasah dalam mencuptakan suasana religius
di MTsN Pulosari Ponorogo,(skripsi,2010,UIN Maliki Malang,tidak
dipublikasikan).
[8]
Penyusun kamus pusat pembinaan dan pengembangan bahasa,Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta,Balai Pustaka,1989),hlm
223
[9]
Ibid.,,hlm.479
[10]Muhaimin,
Nuansa Baru Pendidikan Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006),
hlm. 106
[11]
ibid,
[12]Mahmud Yunus, Pendidikan dan Pengajaran, (Jakarta: Hida Karya
Agung, 1978), hlm. 108
[13]Muhaimin, dkk.Paradigma
Pendidikan Islam.(Bandung: PT Remaja RosdaKarya. 2002) hlm. 293-294
[14]
Ibid hlm. 298
[15]DEPAG, Al-Qur’an
dan Terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit J-ART, 2004), hlm. 177
[16] Muhaimin, Op.cit, hlm. 282
[17]
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian
Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 4
[18]
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian
Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), Hlm. 5
[19]Lexy
Moleong, Op Cit, hlm. 4
[20]
Nana Syaodih Sukmadinata, Metodologi
Penelitian Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 60
[21]Lexy
Moleong, Op Cit, hlm. 4-8
[22]Nana
Syaodih Sukmadinata, Op Cit, hlm. 26
[23]S. Nasution, Metode Research, (Bandung: JEMMARS, 1998), Hlm. 56
[24]Lexy
Moleong, Op Cit, hlm. 121
[25]
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 106
[26]
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian,
(Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hlm. 234
[27]Lexy
Moleong, Op Cit, hlm. 186
[28]Suharsimi
Arikunto, Op Cit, hlm. 236
[29]Lexy
J Moleong, Op Cit, hlm. 248
[30]Lexy
J Moleong, Op Cit, hlm. 327
[31]Ibid,
hlm. 329-330
[32]Ibid,
hlm. 330
[33]Ibid,
hlm. 126
[34]Ibid,
hlm. 127
[35]Ibid,
hlm. 137
[36]Ibid,
hlm. 148-149